Segala sesuatu yang memiliki awal, pasti akan berakhir. Maka selagi hidup, berbuatlah bajik agar ketika ajal menjemput, kita telah menanam benih menuju kelahiran yang lebih baik.
Dalam pandangan Buddhis, kehidupan dan kematian bukan dua hal yang saling berlawanan, melainkan satu rangkaian yang tak terpisahkan. Kematian bukan akhir segalanya, melainkan sebuah proses alamiah peralihan dari satu bentuk kehidupan ke bentuk lainnya. Kematian adalah pintu menuju kelahiran kembali.
Dan kehidupan yang kita jalani saat ini adalah hasil dari karma di masa lalu. Begitu pula, apa yang kita lakukan hari ini akan menentukan ke mana arah kelahiran kita setelah ini. Maka dalam ajaran Buddha, hidup bukan hanya untuk dinikmati, tapi untuk dijalani dengan penuh kesadaran dan kebajikan.
Karena setiap pikiran, ucapan, dan perbuatan kita akan meninggalkan jejak. Tidak ada yang benar-benar hilang. Kebaikan yang kita lakukan meski kecil akan kembali kepada kita, entah dalam bentuk kebahagiaan, ketenangan, atau kelahiran yang lebih baik.
Kematian bukan hal yang harus ditakuti, tapi disadari. Sebab dengan menyadari kematian, kita akan lebih menghargai kehidupan. Kita tak akan menyia-nyiakan waktu dengan kebencian, keserakahan, atau kemalasan. Kita akan lebih ringan memaafkan, lebih tulus mencintai, dan lebih tekun berbuat baik.
Maka selama kita masih memiliki kesempatan untuk hidup, gunakanlah dengan bijaksana. Berlatihlah untuk tidak melekat pada hal-hal yang fana. Berlatihlah untuk mengurangi kemelekatan dan menumbuhkan kebajikan. Karena hanya itulah yang akan kita bawa saat meninggalkan dunia ini, bukan harta, bukan pujian, tapi karma.
Jalan menuju pembebasan tidak selalu mudah. Tapi setiap langkah kecil yang diisi dengan kebajikan adalah langkah yang membawa kita semakin dekat pada kedamaian sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar